BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Sistem
kekebalan tubuh sangat mendasar peranannya bagi kesehatan, tentunya harus
disertai dengan pola makan sehat, berolahraga, dan terhindar dari masuknya
senyawa beracun ke dalam tubuh. Sekali senyawa beracun hadir dalam tubuh, maka
harus segera dikeluarkan. Kondisi sistem kekebalan tubuh menentukan kualitas
hidup. Ada orang yang mudah sakit, ada pula orang yang jarang sakit, ini ada
kaitannya dengan sistem pertahanan tubuh seseorang tersebut. Dalam tubuh yang
sehat terdapat sistem kekebalan tubuh yang kuat sehingga daya tahan tubuh kebal
terhadap penyakit. Pada bayi yang baru lahir, pembentukan sistem kekebalan
tubuhnya belum sempurna dan masih memerlukan ASI yang membawa sistem kekebalan
tubuh sang ibu untuk membantu daya tahan tubuh bayi. Semakin dewasa, sistem
kekebalan tubuh terbentuk sempurna. Namun, pada orang lanjut usia, sistem
kekebalan tubuhnya secara alami menurun. Itulah sebabnya timbul penyakit
degeneratif atau penyakit penuaan.
Pola hidup
modern menuntut segala sesuatu dilakukan serba cepat dan instan. Hal ini
berdampak juga pada pola makan. Misalnya sarapan di dalam kendaraan, makan
siang serba tergesa, belum lagi kualitas makanan yang dikonsumsi, polusi udara,
kurang berolahraga, dan stres. Apabila terus berlanjut, daya tahan tubuh akan menurun,
lesu, cepat lelah, dan mudah terserang penyakit. Karena itu, banyak orang yang
masih muda mengidap penyakit degeneratif. Kondisi stres dan pola hidup modern
sarat polusi, diet tidak seimbang, dan kelelahan menurunkan daya tahan tubuh
sehingga memerlukan kecukupan antibodi. Gejala menurunnya daya tahan tubuh
sering kali terabaikan sehingga timbul berbagai penyakit infeksi, dan penuaan
dini pada usia produktif.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan
sistem Pertahanan tubuh?
2. Apakah fungsi sistem pertahanan
tubuh?
3. Bagaimana mekanisme pertahanan
tubuh?
4. Apa saja jenis-jenis kekebalan
tubuh?
5. Faktor apa saja yang mempengaruhi
sistem pertahanan tubuh?
6. Apa saja gangguan pada sistem
pertahanan tubuh?
1.3 TUJUAN
1. Dapat mendeskripsikan pengertian
dari sistem Pertahanan tubuh
2. Dapat menjelaskan fungsi sistem
pertahanan tubuh
3. Dapat menjelaskan mekanisme
pertahanan tubuh
4. Dapat mengetahui jenis-jenis
kekabalan tubuh
5. Dapat menganalisis faktor yang
mempengaruhi sistem pertahanan tubuh
6. Dapat menjelaskan gangguan pada
sistem pertahanan tubuh
1.4 MANFAAT
1.
Sebagai
sumber informasi yang berguna dalam menambah pengetahuan dan wawasan.
2.
Sebagai
sumber informasi yang sangat berguna untuk diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
SISTEM PERTAHANAN TUBUH
Sistem pertahanan tubuh (sistem
imunitas) adalah sistem pertahanan yang berperan dalam mengenal, menghancurkan,
serta menetralkan benda-benda asing atau sel-sel abnormal yang berpotensi
merugikan tubuh. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan
melindungi tubuh terhadap infeksibakteri dan virus, serta menghancurkan sel
kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistemkekebalan melemah,
kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkanpatogen, termasuk
virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh.Sistem
kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya
sistem inijuga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis
kanker.
2.2 FUNGSI
SISTEM PERTAHANAN TUBUH
Sistem
pertahanan tubuh memiliki bebrapa fungsi,yaitu :
·
Mempertahankan
tubuh dari patogen invasif.
·
Melindungi
tubuh terhadap suatu agen dari lingkungan eksternal yang berasal dari tumbuhan,
hewan dan zat kimia.
·
Menyingkirkan
sel-sel yang sudah rusak
·
Mengenali
dan menghancurkan sel abnormal
2.3 MEKANISME
PERTAHANAN TUBUH
Pada
umumnya, mekanisme sistem pertahanan tubuh digolongkan menjadi 2, yaitu
pertahanan nonspesifik (alamiah) dan pertahanan spesifik (adeptif).
A. Pertahanan Nonspesifik (Alamiah)
Pertahanan
Nonspesifik merupakan imunitas bawaan sejak lahir, berupa komponen normal tubuh
yang selalu ditemukan pada individu sehat dan siap mencegah serta menyingkirkan
dengan cepat antigen yang masuk ke dalam tubuh. Pertahanan nonspesifik meliputi
pertahanan fisik, kimia, dan mekanis terhadap agen infeksi; fagotosit;
inflamasi; serta zat antimikroba nonspesiif yang diproduksi tubuh.
1.
Pertahanan
Fisik, Kimia, dan Mekanis Terhadap Mekanisme Terhadap Agen Infeksi
a.
Kulit
yang sehat dan utuh, menjadi garis besar pertahanan pertama terhadap antigen.
Sebaliknya, kulit yang rusak atau hilang akan meningkatkan resiko infeksi.
b.
Membran
mukosa, yang melapisi permukaan bagian dalam tubuh, menyekresikan mukus
sehingga dapat memerangkap antigen, serta menutup jalannya ke sel epitel.
c.
Cairan
tubuh yang menganudng zat kimia antimikroba.
d.
Pembilasan
oleh air mata, saliva dan urine.
2.
Fagositosis
Fagositosis
emrupakan garis pertahanan ke- 2 bagi tubuh terhadap agen infeksi. Fagositosis
meliputi proses penelaan dan pencernaaan mikroorganisme dan toksin yang
berhasil masuk ke dalam tubuh, ini dilakukan oleh jenis sel darah putih
tertentu. Sel darah putih (leukosit) terdiri atas monosit, neutrofil dan
eousinofil. Neutrofil adalah sel darah yang terbanyak dalam leukosit, yaitu
sekitar 70%. Neutrofil bekerja dengan memasuki jaringan yang telah terinfeksi,
kemudian memakan dan merusak mikroba yang terdapat di sana. Sel-sel yang
terinfeksi oleh mikroba akan mengeluarkan sinyal kimiawi sehingga menarik
neutrofil untuk datang. Proses tersebut disebut dengan kemotaksis.
Monosit
hanya menyusun 5% dari leukosit. Cara kerja monosit hampir sama denga
neutrofil. Perbedaanya, monosit akan menjadi makrofag setelah masuk ke dalam
jaringan. Makrofag merupakan sel fagotosis yang terbesar. Sel makrofag ini
memilikki kaki semu (pseudopodia).
Pseudopodia ini berfungsi untuk melekatkan diri pada mikroba. Mikroba yang
menempel pada pseudopodia ini akan ditelan dan kemudian dirusak oleh
enzim-enzim lisosom mikrofag.
Makrofag
dapat dibedakan menjadi bebrapa jenis, yaitu:
a.
Makrofag
jaringan ikat (histiosit) merupakan makrofag yang menetap atau berkeliaran.
b.
Markofag
dan psekursornya (monosit) yang berdifusi untuk membentuk sel raksaa asing (sel
multilateral) sebagai pertahanan di anttara massa benda asing yang besar dan
jaringa tubuh.
c.
Sistem
fagosit mononukleus yang merupakan kombinasi antara monosit fagositik, makrofag
bergerak dan makrofag jaringan tetap. Makrofag jaringan tetap contohnya,
makrofagg alveulus, sel kupffer dalam hati, sel langerhans pada epidermis,
mikrogilia pada saraf pusat, sel mesangial pada ginjal, dan sel retikuler dalam
limpa, nodus limfa, timus, serta sumsum tulang.
Eosinofil
bekerja melawan parasit yang ukurannya lebih besar, seperti cacing darah.
Eosinofil dapat melepaskan enzim-enzim untuk
merusak dinding eksternal parasit.
3.
Inflamasi
Pembengkakan
Inflamasi adalah reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera. Inflamasi
dapat bersifat akut dan kronik. Tanda-tanda respons inflamasi, yaitu kemerahan,
panas, , nyeri, atau kehilangan fungsi. Efek inflamsi menyebabkan demama (suhu
tubuh tinggi abnormal). Demam itu sendiri merupakna respons tubuh terhadap
radang. Selain itu, sel leukosit tertentu akan memproduksi moleku yang bernama
pirogen. Pirogen ini dapat menyebabkan suhu tubuh menjadi tinggi. Suhu tubuh
yang tinggi dapat membantu pertahanan
tubuh dengan cara menghambat pertumbuhan bebrapa mikroba. Selain itu,
demam dapat mempermudah fagositosis dan perbaikan jaringan.
Mekanisme pertahanan tubuh secara
inflamasi dapat dilihat pada gambar berikut.
Proses pertahanan tubuh melalui inflamasi
Berdasarkan gambar diatas mekanisme
pertahanan tubuh secara inflamasi dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Jaringan mengalami luka dan merangsang pengeluaran
histamin.
2. Histamin menyebabkan terjadinya pelebaran pembuluh
darah serta peningkatan aliran darah yang menyebabkan permeabilitas pembuluh
darah meningkat, hal ini menyebabkan perpindahan sel-sel fagosit (neutrofil,
monosit, dan eosinofil)
3. Sel-sel fagosit kemudian memakan patogen.
Setelah infeksi tertanggulangi, neutrofil dan sel-sel
fagosit akan mati seiring dengan matinya sel-sel tubuh dan patogen. Sel-sel
fagosit yang hidup atau mati serta sel-sel tubuh yang rusak akan membentuk
nanah. Inflamasi mencegah infeksi ke jaringan lain serta mempercepat proses
penyembuhan.
4.
Protein
Antimikroba
Protein
antimikroba ini sering juga disebut sitem komplemen, sistem ini terdiri atas 20
protein. Protein ini normalnya dalam keadaan non aktif. Tetapi, apabila mikroba masuk ke dalam tubuh,
glikoprotein dari permukaan sel tersebut akan mengaktifkan sistem komplemen
ini.
Berikut
ini beberapa fungsi dari komplemen yang sudah aktif.
a.
Menghasilkan
opsonin, yaitu suatu zat yag melekatkan mikroba pada leukosit sehingga
memudahkan proses fagositosi
b.
Menyebabkan
pelepasan histamin oleh mastosit. Histamin menyebabkan vasodilatasi (pelebaran
pembuluh darah) dan meningkatakan permebilitas kapiler terhadap protein.
c.
Menimbulkan
suatu reaksiterhadap membran sel mikroba berupa munculnyalubang pada
membran. Pristiwa ini akan memtikan bagi
mikroba.
Aktivitas
komplemen yang menghancurkan mikroorganisme atau antigen asing, terkadang dapat
menimbulkan kerusakan jaringan tubuh sendiri.
Selain
komplemen, terdapat kumpulan protein sebagai pertahanan non spesifik yaitu
interferon (IFN), interferon ini diproduksi oleh sel-sel yang terinfekksi
virus. Kemudian inteferon tersebut akan berikatan dengan resptor membran plasma
pada sel-sel yang sehat. Sel-sel sehat
yang telah terikat dengan interferon tersebut akan membentuk suatu protein
antivirus yang berfungsi untuk menghalangi multiplikasi virus. Interferon
tertentu akan langsung membunuh dan menghancurkan sel-sel yang telah terinfeksi
virus.
5.
Sel
Natural Killer (sel NK)
Sel
NK berjaga di sistem peredaran darah dan limfatik. Sel NK merupakan sel
pertahanan yang mampu melisis dan membunuh sel-sel kanker serta sel tubuh yang
terinfeksi virus sebelum diaktifkannya sel kekebalan adiptik. Sel NK tidak
bersifat fagositik. Sel ini membunuh dengan cara menyerang membran sel target
dan melepaskan senyawa kimia yang disebut perforin.
B.
Pertahanan
Spesifik ( Adaptik)
Pertahanan
Spesifik merupakan sistem kompleks yang memberikan respon imun terhadap antigen
spesifik. Pertahanan spesifik mampu
mengenal benda asing bagi dirinya dan memiliki memori terhadap kontak
sebelumnya dengan suatu aagen tertentu. Sistem ini bekerja apabila antigen
asing telah melewati pertahanan tubuh nonspesifik. Sistem pertahanan tubuh
spesifik disebut juaga sistem kekebalan tubuh dan menjadi garis pertahanan yang
ketiga dari tubuh.
Ciri-cirinya
:
Bersifat
selektif
Tidak
memiliki reaksi yang sama terhadap semua jenis benda asing
Mampu
mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya
Melibatkan
pembentukan sel-sel tertentu dan zat kimia (antibodi)
Perlambatan
waktu antara eksposur dan respons maksimal
Sistem
Pertahanan Spesifik ini dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Sistem Imun
Spesifik Humoral
Yang
paling berperan pada sistem imun spesifik humoral ini ada Sel B atau Limfosit
B. Sel B ini berasal dari sumsum tulang dan akan menghasilkan sel Plasma lalu
menghasilkan Antibodi. Antibodi inilah yang akan melindungi tubuh kita dari
infeksi ekstraselular, virus dan bakteri, serta menetralkan toksinnya.
Ø
Struktur
antibodi :
·
pada
umunya berbentuk seperti huruf Y.
·
Dua
rantai berat dan 2 rantai ringan yang dihubungkan jembatan disulfida.
·
Daerah
variabel anatar molekul memiliki rangkaian asam amino yang berbeda dan embentuk
suatu reseptor untuk antigen spesifik.
·
Daerah
konstan (C) menstabilkan sisi pengikat antigen.
·
Daerah
hinge (engsel) memungkinkan kedua lengan Y dapat membuka atau menutup untuk
mengkomodasi pengikatan terhadap dua determinan antigen yang terpisah pada
jarak tertentu seperti yang ditemukanpada permukaan bakteri.
Antibodi merupakan protein plasma yang disebut
imunoglobulin (Ig). Terdapat lima kelas imunoglobin, yaitu;
1. Ig M,
berperan sebagai reseptor permukaan sel B dan disekresi pada tahap awal respons sel plasma.,serta mengaktivitaskan
komplemen dan memperbanayk fagosistosis.
2. Ig G, Ig G terbanyak
di darah, diproduksi jika tubuh berespons terhadap antigen yg sama, Ig M dan
IgG berperan jika terjadi invasi bakteri dan virus serta aktivasi komplemen
3. Ig E
,melindungi tubuh dari infeksi parasit dan merupakan mediator pd reaksi alergi;
melepaskan histamin dari basofil dan sel mast
4. Ig A
,ditemukan pada sekresi sistem perncernaan, pernapasan, dan perkemihan. Ig A,
berfungsi untuk melawan mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh.
( contoh : pada
airmata dan ASI)
6.
Ig
D terdapat pada banyak permukaan sel B; mengenali antigen pada sel B.
Terdapat beberapa cara antibodi dalam menghadapi antigen yaitu :
1. Netralisasi, yaitu antibodi memblokir tempat-tempat dimana antigen
seharusnya berikatan dengan sel inang. Selain itu antibodi menetralkan bakteri
beracun dengan menyelubungi bagian beracunya sehingga makrofag dapat dengan
mudah memfagositnya.
2. Penggumpalan atau aglutinasi patogen atau antigen sehingga memudahkan
makrofag dalam menjalankan aktivitas fagositnya terhadap patogen.
3. Pengendapan, yaitu dilakukan pada antigen terlarut oleh antibodi yang
menyebabkan antigen terlarut tidak dapat bergerak sehingga mudah ditangkap makrofag.
4. Antibodi bekerja sama dengan protein komplemen dimana antibodi berikatan
dengan antigen akan mengaktifkan protein komplemen untuk membentuk pori atau
lubang pada sel patogen.
Setelah
infeksi berakhir sel B plasma akan mati, sedangkan sel B pengingat akan tetap
hidup dalam waktu yang lama. Masuknya antigen atau patogen pertama kali dan
serangkaian respon imun awal ini disebut respon kekebalan primer.
Seringkali
antigen yang sama masuk kedua kalinya dalam tubuh, hal ini direspon sel B
pengingat yang selanjutnya akan menstimulasi pembentukan sel B plasma yang akan
memproduksi antibodi, respon untuk kedua kalinya ini disebut respon kekebalan
sekunder dimana dalam prosesnya antibodi dalam menghadapi antigen berlangsung
lebih cepat dan lebih besar dari respon kekebalan primer, hal ini dikarenakan
adanya memori imunologi dalam hal ini adalah sel B pengingat, memori imunologi
adalah kemampuan sistem imun untuk mengenali antigen yang pernah masuk ke dalam
tubuh.
Grafik respon kekebalan primer dan sekunder
b. Sistem Imun
Spesifik Selular
Pada
sistem imun ini, sel T atau Limfosit T yang paling berperan. Sel ini juga
berasal dari sumsum tulang, namun dimatangkan di Timus. Fungsi umum sistem imun
ini adalah melawan bakteri yang hidup intraseluler, virus, jamur, parasit dan
tumor. Sel T nantinya akan menghasilkan berbagai macam sel, yaitu sel CD4+
(Th1, Th2), CD8+, dan Ts (Th3).
Antibody akan
menyerang bakteri atau virus sebelem pathogen tersebut masuk ke dalam sel
tubuh. Antibody dihasilkan oleh limfosit B dan teraktivasi bila mengenali antigen
yang terdapat pada permukaan sel pathogen, dengan bantuan sel limfosit T.
Terdapat 3 jenis
sel limfosit B yaitu
•
Sel B plasma : Mensekresikan
antibody ke system sirkulasi tubuh. Setiap
antibody sifatnya spesifik terhadap satu antigen patogenik.
•
Sel B memori : Sel yang
diprogram untuk mengingat suatu antigen yang spesifik dan akan merespon dengan
sangat cepat bila terjadi infeksi kedua.
•
Sel B pembelah : Berfungsi
untuk menghasilkan lebih banyak lagi sel-sel limfosit B.
Apabila
kemudian antibodi menang melawan antigen mak morang tersebut akan sehat dan
memiliki sel memori untuk melawan antigen yang sama di waktu yang akan datang.
Oleh karena itu, jika suatu saat orang tersebut dimasuki oleh antigen (kuman)
berjenis sama, tubuh orang tersebut akan mengaktifkan sel-sel memori yang telah
terbentuk sebelumnya. Waktu untuk menanggapi dan melawan kuman tersebut
cenderung lebih pendek di bandingkan respons pertahanan primer. Hal ini disebut
respons pertahanan sekunder.
Cell-Mediated Immunity
Imunitas yang diperantarai sel, melibatkan sel dalam menyerang organism
asing. Terdapat 3 jenis sel T.
• Sel T pembantu : Membantu atau
mengontrol komponen respon imun spesifik lainnya. Mengaktivasi makrofag untuk
segera bersiap memfagosit pathogen dan sisa-sisa sel.
•
Sel T pembuluh :
Menyerang sel tubuh yang terinfeksi dan sel-sel pathogen yang relative besar secara
langsung.
•
Sel T supresor :
Berfungsi untuk menurunkan dan menghentikan respon imun. Mekanisme tersebut diperlukan
ketika respon imun sudah mulai lebih dari yang diperlukan, atau ketika infeksi
sudah berhasil diatasi.
Ø
Mekanisme
Respons Imunitas Seluler
a.
Ekstraseluler
·
Antigen
ditelan oleh makrofag.
·
Makrofag
membentuk molekul MHC kelas II, dan molekul tersebut bergerak menuju ke
permukaan makrofag.
·
MHC
kelas II menangkap peptida antigen dan membawanya ke permukaan serta
memperlihatkannya ke sel T penolong.
·
Sel
T penolong akan mengaktivitaskan makrofag untuk menghancurkan mikroorganisme
yang ditelan.
b.
Intraseluler
·
Antigen
menginfeksi sel tubuh.
·
Sel
tubuh membentuk molekul MHC kelas I dan bergerak ke permukaan sel
·
MHC
kelas I menangkap peptida virus dan membawanya ke permukaan sel, serta
memperlihatkannya ke sel T pembuluh (CTL).
·
Sel
T pembuluh akan teraktivitasi oleh kompleks MHC kelas I, peptida virus pada sel
yang terinfeksi dan sel T penolong. Sel T pembuluh kemudian terdiferensiasi
menjadi sel pembunu aktif yang akan menghancurkan sel terinfeksi.
·
Sel
T pembuluh yang tidak terdiferensiasi akan menjadi sel T memori.
·
Sel
T memori berfungsi dalam respons imunitas sekunder jika terjadi pajanan antigen
berulang.
2.4 JENIS-JENIS KEKEBALAN TUBUH
1) Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dihasilkan oleh tubuh itu sendiri
dimana jika seseorang mengalami sakit karena infeksi patogen dan tubuh merespon
dengan membuat antibodi, setelah sembuh antibodi tersebut dapat bertahan lama
sehingga orang tersebut menjadi kebal terhadap penyakit tersebut, seperti
contoh orang yang pernah sakit cacar air tidak akan terkena penyakit tersebut
untuk kedua kali. Kekebalan jenis ini dinamakan kekebalan aktif alami. Kekebalan pasif dibagi 2 yaitu a. Alami : bila
terserang antigen
b. Buatan : bila memasukkan antigen yang dilemahkan
b. Buatan : bila memasukkan antigen yang dilemahkan
Selain itu terdapat juga kekebalan aktif buatan seperti dengan menyuntikan
antigen bakteri, patogen, atau mikroba yang sudah tidak aktif cara ini dikenal
dengan vaksinasi. Vaksinasi menyebabkan orang yang disuntik tersebut
mendapatkan kekebalan karena tubuhnya akan membentuk antibodi.
2) Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh setelah mendapat antibodi
dari luar. Sebagai contoh kekebalan yang diperoleh bayi dari ibunya melalui air
susu pertama (kolostrum) atau diperoleh bayi pada saat masih berada dalam kandungan.
Kekebalan jenis ini dinamakan kekebalan pasif alami. Kekebalan pasif dibagi 2 yaitu a. Alami : bila bayi mendapatkan imunitas dari ibunya
b. Buatan : bila menyuntikan serum, antibisa, immunoglobin lainnya dari darah orang yang telah kebal. Hanya bertahan beberapa minggu
b. Buatan : bila menyuntikan serum, antibisa, immunoglobin lainnya dari darah orang yang telah kebal. Hanya bertahan beberapa minggu
2.5 FAKTOR
YANG MEMENGARUHI SISTEM PERTAHANAN TUBUH
Beberapa
aktor yang mempengaruhi sistem pertahanan tubuh sebagai berikut.
·
Genetik
(keturunan), yaitu ketentuan terhadap penyakit secara gnetik.
·
Fisiologis,
melibatkan fungsi organ-organ tubuh.
·
Stres,
dapat mempengaruhi sistem kekbalan tubuh karena melepaskan hormon.
·
Usia,
dapat meningkatkan atau menurunkan kerentanan terhadap penyakit tertentu.
·
Hormon,
bergantug pda jenis kelamin.
·
Lingkungan
2.6 GANGGUAN
PADA SISTEM PERTAHANAN TUBUH
1. HIV / AIDS
Juga dikenali
sebagai sindrom kurang daya tahan melawan penyakit; yang mana virus HIV
menyerang sistem imun. Apabila memasuki badan manusia, virus tersebut akan
memusnahkan sel otak dan ‘leucocytes’ dan ia membiak dan berkembang di limfosit
menyebabkan badan manusia hilang keupayaan untuk melawan penyakit. Yang sakit
akan lemah dan terdedah kepada berbagai penyakit berjangkit seperti
tuberkulosis pulmonari, kandidiasis, kayap, manakala enteritis, pneumonia,
‘cephalitis’ dan lain-lain yang disebabkan oleh mikroorganisma patogenik yang
luar biasa.
Gambar dan Struktur Virus HIV
AIDS (acquired
Immunodeficiency Syndrome) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
virus HIV (Human Immunodeficiency Virus).
AIDS sendiri merupakan kumpulan dari berbagai penyakit.
AIDS disebabkan virus HIV yang menyerang sel T
pembantu yang berfungsi menstimulasi sel T lainnya serta sel B plasma. Ketika
virus berhasil menginfeksi sel T virus menggunakan perangkat selnya untuk
menggandakan diri setelah itu menembus membran sel kemudian menginfeksi sel T
yang lain. Hal ini menyebabkan kemampuan tubuh melawan kuman penyakit menjadi
berkurang. Sel T pembantu menjadi target utama virus HIV karena pada permukaan
selnya terdapat molekul CD4 sebagai reseptor, dimana infeksi dimulai ketika
molekul glikoprotein (gp120) yang terdapat pada permukaan HIV menempel ke
reseptor CD4. Pada orang normal jumlah sel T dalam tubuh sekitar 1000 sel/mm3
, hal ini berbeda dengan orang yang menderita AIDS dimana jumlah sel T nya
hanya sekitar 200 sel/mm3.
Virus HIV yang menyebabkan AIDS dapat menular dari
satu orang ke orang lain dengan banyak cara antara lain penggunaan jarum suntik
secara bersamaan, transfusi darah dari penderita, serta hubungan seksual. Pada
dasarnya penderita AIDS meninggal bukan karena virus HIV yang menyerangnya tapi
karena melemahnya kekebalan tubuh maka beberapa penyakit bisa berakibat fatal
bagi penderita AIDS, penyakit-penyakit itu seperti TBC, kanker darah, kanker,
meningitis, harpes dan berbagai penyakit lainnya.
2. Autoimunitas
Autoimunitas
adalah respon imun tubuh yang berbalik menyerang organ dan jaringan sendiri.
autoimunitas bisa terjadi pada respon imun humoral atau imunitas diperantarai
sel. Beberapa kelainan yang diakibatkan oleh autoimunitas adalah :
- Addison’s
Disease adalah kegagalan korteks kelenjar adrenal untuk memproduksi hormon
dalam jumlah yang adekuat sehingga akan mempengaruhi kerja tubuh dalam menekan
dan meregulasi tekanan darah serta mengatur keseimbangan air dan garam, dapat
terjadi pada semua kelompok umur dan menimpa pria-pria dan wanita-wanita sama
rata.
-
Diabetes
Melitus yakni penyakit yang disebabkan oleh kadar gula dalam darah yang
meningkat tinggi. penyakit ini akibat kekurangan hormon insulin. pada dasarnya
penyakit ini karena antibodi menyerang sel-sel beta di pankreas yang insulin.
-
Myasthenia
Gravis Yakni kelainan yang diakibatkan oleh antibodi yang menyerang otot lurik.
akibatnya otot lurik akan mengalami degradasi sehingga kemampuan otot untuk
menangkap asetil kolin akan berkurang.
Penderita Mysthenia gravis yang menyebabkan posisi
mata tidak simetris
- Lupus erythematosus, yaitu keadaan dimana antibodi
menyerang sel-sel tubuh yang lain sebagai sel asing dimana ketika kondisi tubuh
melemah maka seranggan antibodi akan meningkat
Ruam pada penderita Lupus erythematosus
3. Alergi
Alergi merupakan
respons yang berlebihan atau hipersensitif terhadap antigen yang masuk ke dalam
tubuh. antigen penyebab alergi disebut dengan alergen. alergen dapat berupa
debu, serbuk sari , gigitan serangga , cuaca yang dingin dan jenis makanan
tertentu. reaksi terhadap alergi dapat bermacam-macam seperti bersin,
gatal-gatal, muntah, kesulitan bernafas bahkan dapat menimbulkan kematian.
4. Penolakan
transplantasi
Penolakan
transplantasi terbagi menjadi tiga kategori:
a. Penolakan
Hiperakut , terjadi segera begitu transplantasi dilakukan.Dapat diatasi dengan
cara
mencangkokkan
organ pada resipien yang memiliki golongan sama dengan donor
b.
Penolakan Akut, biasanya terjadi beberapa hari setelah transplantasi. Untuk
mengatasi ini biasanya diberikan
obat,seperti siklosporin yang memengaruhi respons molekul MHC resipien terhadap
donor
c.
Penolakan Kronis,terjadi karena organ yang ditransplantasikan kehilangan fungsi
yang disebabkan oleh darah beku pada pembuluh dalam organ .
5. Isoimunitas
Isoimunitas
adalah keadaan dimana tubuh mendapatkan kekebalan dari individu lain yang
melawan sel tubuhnya sendiri. Isoimunitas dapat muncul akibat transfusi darah
atau karena cangkok organ dari orang lain.
6. Penyakit
Lupus
Penyakit Lupus adalah
penyakit kronis yang merusak
sistem kekebalan tubuh (imunitas) dan memengaruhi berbagai macam jaringan, kulit, persendian, jantung,
darah, ginjal, dan otak. Penderita penyakit lupus sering disebut odipus (orang hidup dengan lupus). Para penderita penyakit lupus
akanmenghidari hal-hal yang Mengakibatkan penyakitnya kambuh.
7. Sindrome
Kawasaki
Sindrom
Kawasaki atau Kawasaki disease adalah penyakit yang menyerang anak-anak dibawah
usia 5 tahun, dan 2 kali lebih sering ditemukan pada anak laki-laki. Penyakit
ini pertama kali ditemukan oleh Dr. Tomisaku Kawasaki dari jepang pada tahun
1967 dan saat itu dikenal sebagai mucocutaneous lymphnode syndrome yang
menyerang selaput lendir, kelenjar getah bening, lapisan pembuluh darah dan
jantung.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Sistem pertahanan tubuh (sistem
imunitas) adalah sistem pertahanan yang berperan dalam mengenal, menghancurkan,
serta menetralkan benda-benda asing atau sel-sel abnormal yang berpotensi
merugikan tubuh. Sistem pertahanan tubuh memiliki bebrapa fungsi,yaitu mempertahankan
tubuh dari patogen invasif, melindungi tubuh terhadap suatu agen dari lingkungan
eksternal yang berasal dari tumbuhan, hewan dan zat kimia, menyingkirkan
sel-sel yang sudah rusak, dan mengenali dan menghancurkan sel abnormal.
Pada umumnya,
mekanisme sistem pertahanan tubuh digolongkan menjadi 2, yaitu pertahanan
nonspesifik (alamiah) dan pertahanan spesifik (adeptif). Pertahanan nonspesifik
meliputi pertahanan fisik, kimia, dan mekanis terhadap agen infeksi; fagotosit;
inflamasi; dan sel natural killer; serta protein antimikroba. Sedangkan
Pertahanan sepesifik dibedakan menjadi 2 yaitu Sistem Imun Spesifik Humoral dan Sistem Imun Spesifik Selular. Pada
sistem imun spesifik humoral ini ada Sel B atau Limfosit B yang paling berperan.
Sedangkan Pada
sistem imun Spesifik Seluler ini, sel T atau Limfosit T yang paling berperan.
Ada 2 jenis kekebalan tubuh yaitu 1). Kekebalan
aktif, Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dihasilkan oleh tubuh itu sendiri
dimana jika seseorang mengalami sakit karena infeksi patogen dan tubuh merespon
dengan membuat antibodi, setelah sembuh antibodi tersebut dapat bertahan lama
sehingga orang tersebut menjadi kebal terhadap penyakit tersebut. 2) Kekebalan
Pasif, Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh setelah mendapat
antibodi dari luar.
Adapun
beberapa faktor yang mempengaruhi sistem pertahanan tubuh, yaitu Genetik
(keturunan), Fisiologis, Stres, Usia, Hormon, Lingkungan. Beberapa
contoh gangguan pada sistem kekebalan tubuh antara lain Alergi, autoimunitas
dan AIDS.
3.2 SARAN
Setelah memahami tentang sistem
pertahanan tubuh pada manusia diharapkan pembaca menjaga kesehatannya karena
betapa pentingnya kesehatan, karena dalam tubuh yang sehat terdapat sistem
pertahanan yang kuat. Semoga makalah ini bermanfaat untuk para pembaca
DAFTAR PUSTAKA
Irnaningtyas.2013.BIOLOGI untuk SMA/MA Kelas XI.Jakarta:Erlangga
SEMOGA BERMANFAAT💖
Tidak ada komentar:
Posting Komentar