Jumat, 23 Februari 2018

contoh makalah biologi "ASAL USUL KEHIDUPAN"



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Seperti yang telah kita ketahui bahwa zaman modern ini manusia telah mempelajari berbagai macam Ilmu Pengetahuan Alam. Akan tetapi pada tahap pembelajarannya manusia selalu mendapatkan masalah dan perbedaan pendapat mengenai sesuatu yang dipelajarinya, yaitu dalam hal mempelajari asal usul kehidupan di muka bumi yang telah menjadi permasalahan sejak berabad-abad tahun yang lalu hingga sekarang. Banyak terdapat teori atau paham-paham yang dikemukakan oleh para ilmuwan mengenai hal ini. Namun semuanya belum dapat memberikan jawaban yang pasti. Sebenarnya sudah sejak zaman Yunani Kuno manusia berusaha memberikan jawaban terhadap asal usul kehidupan di muka bumi namun jawaban itu hanya dogeng atau mitos. Oleh karena itu, melalui makalah ini akan disampaikan beberapa teori asal usul kehidupan di muka bumi sebagai bahan kajian untuk mengenal lebih jauh sejarah awal mula kehidupan di dunia, dengan harapan kita akan lebih memahami tentang asal usul kehidupan di muka bumi.

1.2  RUMUSAN MASALAH
1.2.1        Bagaimana asal usul kehidupan di muka bumi?
1.2.2        Apa kaitan teori evolusi Biokimia dengan teori Abiogenesis?

1.3  TUJUAN
1.3.1        Dapat menjelaskan asal usul kehidupan di bumi
1.3.2        Dapat menjelaskan kaitan evolusi Biokimia dengan teori Abiogenesis

1.4  MANFAAT
1.4.1        Sebagai sumber informasi yang berguna dalam menambah pengetahuan dan wawasan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1  TEORI ASAL USUL KEHIDUPAN
2.1.1        TEORI ABIOGENESIS (generation spontanea)
Pemuka paham ini yaitu seorang bangsa Yunani, Aristoteles (394-322 SM), berpendapat “makhluk hidup berasal dari benda mati secara sponan karena adanya gaya hidup”.  Teori ini dikemukakan oleh Aristoteles berdasarkan pengamatan adanya larva lalat yang muncul secara tiba-tiba pada daging yang busuk. Aristoteles berkesimpulan bahwa larva lalat tersebut berasal dari daging yang busuk.
Paham abiogenesis bertahan cukup lama, yaitu semenjak zaman Yunani Kuno (ratusan tahun sebelum Masehi) hingga pertengahan abad ke-17, dimana Antonie Van Leeuwenhoek menemukan mikroskop sederhana yang dapat digunakan untuk mengamati makhluk-makhluk aneh yang amat kecil yang terdapat pada setetes air rendaman jerami. Oleh para pendukung paham abiogenesis, hasil pengamatan Antonie Van Leeuwenhoek ini seolah-olah memperkuat pendapat mereka tentang abiogenesis. Hasil pengamatan Anthoni ditulisnya dalam sebuah catatan ilmiah yang diberi judul “Living in a drop of water“.           
Pendukung lain teori Abiogenesis adalah Nedham, seorang ilmuwan dari Inggris. Pada tahun 1713-1781 John Needham melakukan percobaan dengan mengisi beberapa labu tertutup dengan kaldu daging, kemudian dipanaskan tetapi tidak sampai mendidih. Selanjutnya labu disimpan pada suhu kamar. Setelah beberapa hari, ternyata semua labu menjadi keruh yang menunjukkan bahwa di dalam labu sudah berisi mikrobia. Berdasarkan hasil percobaannya, Needham menyimpulkan bahwa mikrobia yang menyebabkan kekeruhan dalam labu berasal dari kaldu daging yang disiapkan. Berdasarkan percoban tersebut, dapat disimpulkan bahwa kehidupan berasal dari benda mati.
       
Jadi, menurut paham generation spontanea, semua kehidupan berasal dari benda tak hidup secara spontan, seperti:
a. ikan dan katak berasal dari lumpur
b. cacing berasal dari tanah
c. belatung terbentuk dari daging yang membusuk
d. tikus berasal dari sekam dan kain kotor

2.1.2        TEORI BIOGENESIS
Teori abiogenesis disanggah oleh teori abiogenesis pada abad ke-19, yang menyatakanbahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup. Yang berpendapat secara biogenesis yaitu :
a.       Francesco Redi (1668)
Redi merupakan fisikawan Italia dan merupakan orang yang pertamakali melakukan penelitian untuk membantah teori generasi spontanae. Redi melakukan penelitian dengan menggunakan daging segar yang diletakan kedalam 3 buah wadah. Wadah pertama, diletakan daging segar dan dibiarkan terbuka. Wadah kedua, diisi daging segar dan ditutup rapat, sedangkan wadah ketiga diletakkan daging segar dan ditutup dengan kain kasa.
 
Ketika daging tersebut membusuk, datanglah lalat disekitar wadah. Beberapa hari kemudian, pada wadah pertama diterdapat banyak belatung, pada wadah yang ketiga pun terdapat belatung, tetapi lebih sedikit. Sedangkan pada tabung kedua tidak terdapat belatung.
Dari hasil percobaannya tersebut, Redi membuktikan bahwa belatung tidak berasal dari daging yang membusuk, melainkan berasal dari telur-telur lalat yang ditinggalkan ketika lalat-lalat mengerumi daging yang membusuk dan permukaan kain kasa. Penelitian ini ditentang oleh penganut teori Abiogenesis karena pada tabung yang tertutup rapat, udara dan zat hidup tidak dapat masuk sehingga tidak memungkinkan untuk adanya suatu kehidupan.

b.      Lazzaro Spallanzani (1729-1799)
Seorang biologiwan Italia yang bernama Lazzaro Spallazani, melakukan percobaan yang berlawanan dengan teori Needham. Spallanzani menyatakan bahwa Needham tidak merebus tabung cukup lama sampai organisme terbunuh dan Needham tidak menutup leher tabung dengan rapat sekali sehingga masih ada organisme yang masuk. 
Dalam eksperimennya, Spallanzani menggunakan 3 buah tabung labu. Ketiga tabung diisi dengan air kaldu dan di panaskan,setelah itu didinginkan. Labu pertama dibiarkan terbuka, labu kedua ditutup dengan kain yang berpori, sedangkan labu yang ketiga ditutup dengan rapat.
 

Air kaldu pada labu pertama dan kedua berubah menjadi keruh, sedangkan pada labu ketiga tetap jernih. Dari percobaan tersebut, Spllanzani menyimpulkan bahwa mikroorganisme yang terdapat pada air kaldu tersebut berasal dari udara.

c.       Lois Pasteur (1822-1895)
Orang yang memperkuat teori Biogenesis dan menumbangkan teori Abiogenesis hingga tak tersanggahkan lagi  adalah Louis Pasteur (1822 - 1895) seorang ahli biokimia berkebangsaan Perancis. Lois Pasteur melakukan percobaan menggunakan 2 labu berleher angsa. Kedua labu diisi dengan air kaldu dan dipanaskan sampai mendidih. Labu yang pertama didiamkan selama beberapa hari dengan posisi tegak. Sedangkan labu kedua diletakkan dengan posisi dimiringkan.
 
Hasilnya, kaldu pada labu pertama tetap jernih, sedangkan kaldu pada labu kedua air kaldu menjadi keruh. Kaldu yang keruh menunjukkan bahwa mikroorganisme dari udara yang dapat masuk ke air kaldu saat posisi labu dimiringkan. Sedangkan pada labu yang lainnya air kaldu tetap jernih, ini dikarenakan partikel atau organisme yang berasal dari udara yang masuk terperangkap pada leher labu angsa tersebu. Hal ini membuktikan bahwa kehidupan berasal dari kehidupan yang sebelumnya.
Setelah ditumbangkannya teori abiogenesis atau generation spontanea oleh Lois Pasteur, maka berkembanglah teori biogenesis dengan pernyataannya yang terkenal :
·         Omne vivum ex ovo, yang berarti setiap makhluk hidup berasal dari telur.
·         Omne ovum ex vivo, yang berarti setiap telur berasal dari makhluk hidup.
·         Omne vivim ex vivo, yang berarti setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup.

2.1.3        TEORI COSMOZOIC
Teori Cosmozoic atau teori Kosmozoan menyatakan bahwa asal mula makhluk hidup bumi berasal dari ”spora kehidupan” yang berasal dari luar angkasa. Keadaan planet di luar angkasa diliputi kondisi kekeringan, suhu yang sangat dingin serta adanya radiasi yang mematikan sehingga tidak memungkinkan kehidupan dapat bertahan. Pada akhirnya spora kehidupan itu sampai ke bumi. Teori ini tidak dapat diterima oleh banyak ilmuwan.

2.1.4        TEORI SPECIAL CREATION (PENCIPTAAN)
Teori ini berpandangan bahwa makhluk hidup diciptakan oleh Tuhan seperti apa adanya. Paham ini hanya membicarakan perkembangan materi sampai terbentuknya organisme tanpa menyinggung asal usul materi kehidupan. Penciptaan setiap jenis makhluk hidup terjadi secara terpisah. Teori ini tidak berdasarkan suatu eksperimen

2.1.5        TEORI EVOLUSI KIMIA
Teori ini mencoba menggali informasi asal usul makhluk hidup dari sisi biokimia. Menurut Oparin dalam bukunya yang berjudul The Origin of Life (1936) menyatakan bahwa asal mula kehidupan terjadi bersamaan dengan evolusi terbentuknya bumi beserta atmosfernya. Alexander Oparin adalah ahli evolusi molekular berkebangsaan Rusia. Lebih lanjut, Oparin menjelaskan bahwa pada mulanya atmosfer bumi purba terdiri atas metana (CH4), amonia (NH3), uap air (H2O), dan gas hidrogen (H2). Oleh karena adanya pemanasan dan energi alam, berupa sinar kosmis dan halilintar, gas-gas tersebut mengalami perubahan menjadi molekul organik sederhana, sejenis substansi asam amino.
Selama berjuta-juta tahun, senyawa organik itu terakumulasi di cekungan perairan membentuk primordial soup, seperti semacam campuran materi-materi di lautan panas. Tahap selanjutnya, primordial soup ini membentuk monomer. Monomer bergabung membentuk polimer. Polimer membentuk agregasi berupa protobion. Protobion adalah bentuk awal sel hidup yang belum mampu bereproduksi, tetapi mampu memelihara lingkungan kimia dalam tubuhnya. Di samping itu, protobion juga telah memperlihatkan sifat yang berhubungan dengan makhluk hidup, seperti dapat melakukan metabolisme, kemampuan menerima rangsang, dan bereplikasi sendiri. Terbentuknya polimer dari monomer-monomer telah dibuktikan oleh Sydney W. Fox. Dalam percobaannya, Fox memanaskan 18–20 macam asam amino pada titik leburnya dan didapatkan protein.
Pendapat Alexander Oparin mendapat dukungan dari ahli kimia Amerika Serikat, bernama Harold Urey. Urey menyatakan bahwa atmosfer bumi purba terdiri atas gas-gas metana (CH2), amonia (NH2), uap air (H2O), dan gas hidrogen (H2). Dengan adanya energi alam (berupa halilintar dan sinar kosmis), campuran gas-gas tersebut membentuk asam amino.
Pada tahun 1953, seorang mahasiswa Harold Urey, yaitu Stanley Miller (USA) mencoba melakukan eksperimen untuk membuktikan kebenaran teori yang dikemukakan Urey.
Percobaannya itu juga dikenal dengan eksperimen Miller-Urey.

 

Alat percobaan Miller-Urey terdiri atas bagian yang berupa sebuah tabung tertutup yang dihubungkan dengan 2 ruangan. Ruangan atas berisi beberapa gas yang menggambarkan keadaan atmosfer bumi purba. Selanjutnya pada tempat ini diberi percikan listrik yang menggambarkan halilintar. Kondensor berfungsi untuk mendinginkan gas, menyebabkan terbentuknya tetesan-tetesan air dan berakhir pada ruangan pemanas kedua yang menggambarkan lautan. Beberapa molekul kompleks yang terbentuk di ruangan atmosfer, dilarutkan dalam tetesan-tetesan air ini dan dibawa ke ruangan lautan tempat sampel yang terbentuk diambil untuk dianalisis.
a.       Teori Evolusi Kimia menurut Harold Urey (1893)
Urey menyatakan zat-zat organik terbentuk dari zat-zat anorganik. Menurut Urey, zat-zat anorganik yang ada di atmosfer berupa gas karbondioksida, metana, amonia, hidrogen, dan uap air. Semua zat ini bereaksi membentuk zat organik karena energi petir.Menurut Urey, proses terbentuknya makhluk hidup dapat dijelaskan dengan 4 tahap, yaitu:
·           Tahap I : Molekul metana, amonia, hidrogen, dan uap air tersedia sangat banyak di atmosfer bumi.
·           Tahap II : Energi yang diperoleh dari aliran listrik halilintar dan radiasi sinar kosmis menyebabkan zat-zat bereaksi membentuk molekul-molekul zat yang lebih besar.
·           Tahap III : Terbentuk zat hidup yang paling sederhana yang memiliki susunan kimia, seperti susunan kimia pada virus.
·           Tahap IV : Zat hidup yang terbentuk berkembang dalam waktu jutaan tahun menjadi organisme (makhluk hidup) yang lebih kompleks.



b.        Teori kimia menurut Stanley Miller
Miller adalah murid Harold Urey yang berhasil membuat model alat yang digunakan untuk membuktikan hipotesis Urey. Miller memasukkan uap air, metana, amonia, gas hidrogen, dan karbondioksida ke dalam tabung percobaan. Tabung tersebut kemudian dipanasi. Untuk mengganti energi listrik halilintar ke dalam perangkat alat tersebut dilewatkan lecutan listrik bertegangan tinggi sekitar 75.000 volt. Hal ini dimaksudkan untuk meniru kondisi permukaan bumi pada waktu terjadi pembentukan zat organik secara spontan. Dengan adanya energi listrik, terjadilah reaksi-reaksi yang membentuk zat baru. Zat-zat yang terbentuk didinginkan dan ditampung. Hasil reaksi kemudian dianalisis. Ternyata, di dalamnya terbentuk zat organik sederhana, seperti asam amino, gula sederhana seperti ribosa dan adenin. Dengan demikian, Miller dapat membuktikan bahwa zat organik dapat terbentuk dari zat anorganik secara spontan.
Miller menggunakan campuran gas yang diasumsikan terdapat di atmosfir bumi purba, yaitu amonia, metana, hidrogen, dan uap air dalam percobaannya. Oleh karena dalam kondisi alamiah gas-gas itu tidak mungkin bereaksi, Miller memberi stimulus energi listrik tegangan tinggi, sebagai pengganti energi alam (halilintar dan sinar kosmis). Miller mendidihkan campuran gas tersebut pada suhu 100 derajat C selama seminggu. Pada akhir percobaan, Miller menganalisis senyawa-senyawa kimia yang terbentuk di dasar gelas percobaan dan menemukan 3 jenis dari 20 jenis asam amino.
Keberhasilan percobaan Miller ini memunculkan hipotesis lanjutan tentang asal usul kehidupan. Para evolusionis menyatakan bahwa asam-asam amino kemudian bergabung dalam urutan yang tepat secara kebetulan untuk membentuk protein. Sebagian protein-protein yang terbentuk secara kebetulan ini menempatkan diri mereka pada struktur seperti membran sel yang diikuti pembentukan sel primitif. Sel-sel ini kemudian bergabung membentuk organisme hidup. Mereka menyebutnya sebagai evolusi biologi.

2.1.6        TEORI EVOLUSI BIOLOGI
Alexander Oparin (1894-1980) adalah seorang ahli biokimia berkebangsaan Rusia. Tahun 1917 Oparin menyelesaikan studinya di Universitas Moscow dan menjadi profesor biokimia pada tahun 1927. Oparin merupakan salah satu ahli yang mengungkapkan asal usul kehidupan dari sudut pandang fisika dan kimia.
Oparin dan Haldane serta teori Urey menyebutkan bahwa zat organik (asam amino) yang merupakan bahan dasar penyusun makhluk hidup, pada mulanya terakumulasi di lautan.
Kenyataan saat ini menunjukkan bahwa dalam sel-sel tubuh makhluk hidup mengandung garam (NaCl). Hal ini mendasari kesimpulan bahwa makhluk hidup berasal dari laut.
 

Evolusi biologi dimulai pada saat pembentukan sel. Asam amino yang terbentuk dari evolusi kimia akan bergabung membentuk makromolekul. Hal ini dibuktikan pada penelitian Sidney W. Fox. Larutan yang mengandung monomer-monomer organik diteteskan ke pasir, batu, atau tanah yang panas sehingga mengalami polimerisasi. Hasil polimerisasi ini dinamakan proteinoid. Apabila proteinoid dicampur dengan air dingin terbentuklah kumpulan proteinoid yang menyusun tetesan kecil yang disebut mikrosfer. Mikrosfer memiliki beberapa sifat hidup yang mempunyai membran selektif permeabel namun belum dapat dikatakan hidup.
Kumpulan proteinoid - Proteinoid merupakan polipeptida yang secara spontan berpolimerisasi dari penguapan kumpulan asam amino. Proteinoid dibentuk oleh aktivitas vulkanik yang tinggi. Oparin menggunakan istilah koaservat untuk mikrosfer. Koaservat merupakan tetesan koloid yang terbentuk saat larutan protein, asam nukleat, dan polisakarida dikocok. Substansi dalam koaservat dapat membentuk enzim yang berperan dalam pengambilan bahan dari lingkungan sebagai bahan pembentuk tubuh. Adanya deretan molekul-molekul lipid dan protein yang membatasi koaservat dengan lingkungan luar sekitarnya, telah dianggap sebagai selaput sel primitif. Selaput sel primitif ini menyebabkan stabilitas koaservat akan tetap terjaga. Selaput sel primitif ini diperkirakan berperan dalam pengaturan pertukaran substansi antara koaservat dan lingkungan sekitarnya. Koaservat dengan selaput lipid protein mungkin merupakan tipe sel primitif yang disebut protosel. Protosel kemudian akan membentuk sel awal yang merupakan permulaan dari organisme uniselular. Oleh karena keadaan atmosfer saat itu tidak mengandung O2, organisme awal tersebut diperkirakan bersifat prokariotik, anaerob, dan heterotrof.
            Perkembangan protosel menjadi organisme uniselular maupun multiselular tidak terlepas dari sistem genetik pada protosel itu sendiri. Sehubungan dengan hal itu, seorang ahli biokimia dari Havard yaitu Walter Gilbert pada tahun 1986 mengajukan hipotesis dunia RNA. Menurut hipotesis itu, miliaran tahun yang lalu sebuah molekul RNA yang dapat mereplikasi terbentuk secara kebetulan. Melalui pengaktifan oleh lingkungan, RNA ini dapat memproduksi protein. Selanjutnya, diperlukan molekul kedua untuk menyimpan informasi tersebut, maka dengan suatu cara tertentu terbentuklah DNA. Berikut ini gambar sistem genetik yang pertama.


Sistem genetik yang pertama :
a.    Gen pertama terbentuk dari polimerisasi secara spontan beberapa nukleotida.
b.    RNA sederhana mengalami replikasi, tanpa keberadaan protein katalitik atau enzim.
c.    RNA yang terdiri atas intron dan ekson mensintesis polipeptida (protein) dengan cara melepaskan intron-intron.
d.    Enzim reverse transkriptase merupakan enzim pertama dalam sistem ini yang memungkinkan terbentuknya DNA.
e.    Sel awal yang terdiri atas DNA, masih merupakan hubungan antara intron dan ekson.

Catatan:
a.       Intron dan ekson biasanya merupakan kelipatan kode triplet.
b.      Intron adalah penyusun RNA yang tidak dapat diekspresikan, sedangkan ekson merupakan penyusun RNA yang dapat diekspresikan.

Segera setelah protosel memperoleh gen yang mampu mereplikasi menyebabkan protosel mampu bereproduksi, dan dimulailah proses evolusi biologi. Sejarah kehidupan pun telah dimulai. Selanjutnya organisme-organisme mengalami proses evolusi menurut jalur kehidupan yang berbeda-beda.



BAB III
PENUTUP

3.1   SIMPULAN

1.      Asal Usul Kehidupan di Muka Bumi
Dari penjelasan materi di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa teori yang berkembang dalam mengungkapkan asal usul kehidupan di bumi, teori tersebut diantaranya yaitu, teori Abiogenesis yang dikemukakan oleh Aristoteles,dan didukung oleh Antonie Van Leeuwenhoek dan Nedham. Teori biogenesis yang dikemukakan oleh Francesco Redi, Lazzaro Spallanzani dan Lois Pasteur. Teori Evolusi Bio-Kimia yang dikemukakan oleh Oparin, Miller dan Urey. Dimana Teori Evolusi Bio-Kimia lah yang mampu mengungkapkan asal mula munculnya kehidupan di muka bumi yaitu berasal dari atmosfer bumi purba terdiri atas metana (CH4), amonia (NH3), uap air (H2O), dan gas hidrogen (H2). Oleh karena adanya pemanasan dan energi alam, berupa sinar kosmis dan halilintar, gas-gas tersebut mengalami perubahan menjadi molekul organik sederhana, sejenis substansi asam amino. Dimana asam amino merupakan substansi yang menjadi syarat terpenting dalam munculnya kehidupan di muak bumi.

2.      Kaitan Teori Abiogenesis Dengan Teori Evolusi Biokimia
Isi dari teori Biokimia merupakan versi baru dari teori Abiogenesis dengan adanya percobaaan yang membuktikan suatu teori sehingga kebenarannya dapat diterima oleh masyarakat dibaningakan dengan teori abiogenesis yang tanpa pembuktian apapun. Dengan kata lain, teori Abiogenesis oleh Aristoteles dan Teori Evolusi Bio-Kimia dari Oparin memiliki kemiripan, namun teori Evolusi Bio-Kimia dari Oparin lebih dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya karena sudah ada percobaan yang membuktikan teori tersebut.

3.2   SARAN
Untuk memperoleh informasi yang tepat tentang asal usul kehidupan, kita harus mempelajari teori-teori yang lain juga sehingga bisa mengambil sesuatu yang penting untuk dipadukan dengan teori yang dianggap benar.



DAFTAR PUSTAKA

Hadi Omegawati,Wigati,dkk.2015. BIOLOGI Kelas XII.Klaten:Intan Pariwara
Pratiwi,D.A.,dkk.2007. BIOLOGI untuk SMA Kelas XII.Jakarta:Erlangga









SEMOGA BERMANFAAT😃😊

1 komentar:

CONTOH DRAMA TENTANG PERSAHABATAN

Ditengah kesibukan dan hiruk-pikuk sebuah pedesaan, terdapat sebuah sekolah. Terlihat bahwa sekolah tersebut adalah sekolah yang biasa-...